12 PAKET TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI
1. PENGOLAHAN TANAH
Pengolahan tanah bertujuan untuk menggemburkan dan memperbaiki aerasi atau struktur tanah serta membuang gulma-gulma dengan cara : tanah diolah secara sempurna, sehingga tanah dibajak dengan kedalaman 15-25 cm dan dibiarkan selama 5-7 hari dalam keadaan macak-macak, kemudian dibajak kedua dan digaru untuk melumpurkan dan meratakan tanah.
Untuk menekan pertumbuhan gulma, lahan tanah yang telah diratakan disemprot dengan herbisida pra tumbuh dan dibiarkan selama 5-7 hari atau sesuai dengan anjuran pada merk herbisida yang dipergunakan.
2. PENGGUNAAN BENIH UNGGUL BERMUTU
BENIH adalah tanaman atau bagian yang digunakan untuk memperbanyak, mengembangbiakan tanaman. Benih bermutu dari varitas unggul merupakan jasad biologis yang memiliki potensi genetic yang berkemampuan untuk merubah dan dapat diarahkan untuk pencapaian tujuan produksi tertentu baik dalam kualitas maupun kuantitas.
Manfaat penggunaan benih bermutu akan dapat diperolah apabila benih tersebut digunakan dipertanaman, maka terlebih dahulu harus disemaikan pada lahan yang telah disiapkan( persemaian ), antara lain :
a. Tanah diolah atau dibajak sedalam 15-25cm dan dibiarkan dalam kondisi macak-macak selama 5-7 hari kenudian diolah kedua sambil membersihkan gulma.
b. Buat bedengan dengan tinggi 7-10cm, lebar 110cm dengan panjang disesuaikan dengan ukuran petakan. Pupuk persemaian dengan urea, SP-36 dan KCL kalau perlu masing-masing sebanyak 5 gram per meter persegi.
c. Sebelum disebar, benih direndam antara 12-24 jam, kemudian ditiriskan ditempat yang aman selama 24jam
d. Taburkan benih yang telah mulai berkecambah dengan kerapatan 50-100gram per meter persegi atau 1-2 Kg benih per 20 meter persegi.
3. EFISIENSI PENGGUNAAN AIR
Pengaturan tata guna air ditingkat usaha tani tanaman padi sebaiknya menggunakan metoda irigasi berselang. Tanah diusahakan mendapatkan aerasi beberapa kali. Irigasi berselang tanah diusahakan mendapatkan aerasi beberapa kali agar tidak terlalu lama dalam kondisi anaerobic yaitu dengan cara mangatur waktu pemberian air dan waktu pengeringan ( drainase ), caranya :
a. Sewaktu tanam bibit padi, tanah sawah dalam kondisi macak-macak dan secara berangsur-angsur tanah diairi 2-5cm hingga tanaman berumur 10 hst.
b. Pengeringan petakan dilakukan dengan membiarkan air dalam petakan habis dengan sendirinya dan tanpa diairi ( biasanya kering 5-6 hari terkandung cuaca dan tekstur tanah ).
c. Setelah permukaan tanah ( Lumpur ) retak selama 2 hari, petakan sawah kembali diairi setinggi 5-10 cm.
d. Selanjutnya sama seperti b dan c, hingga tanaman masuk fase pembungaan
e. Sejak fase keluar bunga hingga 10 hari sebelum panen, lahan terus digenangi dengan tinggi air sekitar 5 cm dan 10 hari sebelum panen hingga saat panen lahan dikeringkan untuk mempercepat dan meratakan pemasakan gabah dan memudahkan panen.
MANFAAT IRIGASI BERSELANG adalah
a. Memberikan kesempatan bagi akar untuk mendapatkan aerasi yang cukup untuk perkembangan akar yang dalam dan intensif serta dapat mencegah keracunan zat besi.
b. Mencegah penimbunan asam-asam organic dan gas H2S yang dapat menghambat perkembangan akar.
c. Menaikan temperatur tanah sehingga dapat mengaktifkan mikroba bermanfaat.
d. Membatasi perpanjangan ruas batang sehingga tanaman tidak mudah rebah
e. Mengurangi jumlah anakan tidak produktif dan menyeragamkan kemasan gabah serta mempercepat panen.
4. PENETAPAN CARA TANAM
Hasil Pengembangan teknologi pemulian tanaman telah menghasilkan varietas unggul baru yang memberikan kemungkinan produksi lebih tinggi dan cocok untuk dibudidayakan sesuai dengan agroekosistemnya.
Akan tetapi pemilihan varietas dan penyebarannya tidak ditata dalam pola tanam ayang tearah dan berencana, sehingga memperburuk ketertiban pola tanam bahkan mendorong munculnya berbagai masalah yang mengganggu pencapaian sasaran peningkatan produktivitas yang telah ditetapkan.
Untuk mengatasi berbagai masalah atau kendala yang diakibatkan penanaman terus menerus satu varietas dan untuk menekan adanya ekplosif hama dan penyakit, maka pergiliran varietas perlu dilakukan.
Penetapan varietas padi sawah sebagai komoditas utama perlu diperhatikan dalam setiap stratifikasi kondisi agroekosistem sebagai berikut :
a. umur ( genjah, agak dalam dan dalam )
b. ketahanan terhadap OPT
c. Potensi produktivitas, rasa nasi, harga, dan karakteristik teknis, sosial dan ekonominya.
d. Ketersediaannya benih yang terjamin keunggulan dan mutunya.
e. Permintaan akan pasar.
Pengaturan jarak tanam sangat erat hubungannya dengan tingkat kesuburan tanah dan jenis varietas yang akan ditanam, akan tetapi jarak tanam yang dianjurkan adalah sistem ubinan yakni :
22 x 22cm, 23 x 23cm, 24 x 24cm dan 25 x 25cm. sekarang sudah dianjurkan SISTEM LEGOWO II yakni : 12,5 x 25 x 50cm.
Pengertian sistem Legowo / pertanaman jajar legowo adalah pertanaman padi yang penenemannya diatur sedemikian rupa sehingga terdapat lorong atau ruang terbuka yang cukup lebar.
Pada lorong terbuka, Azola dan Ikan dapat berkembang dengan baik. Dengan adanya ruang terbuka sampai 50% dalam system Pertanaman ini, produksi ikan meningkat sampai 80% dan hasil azola berkisar antara 24 – 27 ton /Ha ( setara dengan 140 kg urea/ha ).
Tujuan LEGOWO yakni :
a. seolah-olah tanaman berada dipinggir pematang ( border efek )
b. memudahkan dalam pemeliharaan
c. memberikan luang yang lebih baik pada perkembangan azola yang dapat memfiksasi Nitrogen
d. dapat dijadikan sebagai mina padi
e. kompetisi antar tanaman lebih sedikit.
f. Memperbaiki agroklimat lahan setempat
5. AMELIORASI TANAM / PEMUPUKAN BERIMBANG
Kesuburan tanah beragam antar lokasi karena perbedaan sifat fisik, biologis dan kimianya dengan demikian kemampuan tanah untuk menyediakan unsur hara bagi tanaman berbeda-beda. Untuk mendapatkan hasil yang optimal, maka ketersediaan unsure hara merupakan faktor utama yang perlu diperhatikan baik terhadap jenis, dosis, cara dan waktu aplikasinya.
Pemupukan berimbang dimaksudkan untuk menambah penyediaan unsur hara, sehingga mencukupi kebutuhan tanaman akan unsure hara essential untuk tumbuh/berkembang dan berproduksi dengan baik.
Agar efisien, takaran pupuk hendaknya disesuaikan dengan kondisi lahan setempat. Untuk pupuk SP-36 dan KCL takarannya disesuaikan dengan ketersediaan P dan K dalam tanah. Sedangkan untuk pupuk UREA takaran dan waktu pemberiannya disesuaikan dengan kebutuhan tanaman dengan teknologi bagan warna daun ( BWD ).
Adapun dosis penggunaan pupuk P dan K untuk dijadikan standar dapat ditanyakan pada petugas pertanian setempat.
Berdasarkan status P dan K, maka rekomendasi pemupukan untuk P rendah 100kg, P sedang 75kg dan P tinggi 50kg SP-36 per Ha. Sedangkan untuk K rendah 100kg, K sedang dan tinggi 50kg KCL per Ha.
Untuk mencapai produktivitas tinggi serta berkelanjutan pengelolaan teknologi pemupukan harus melalui pendekatan “ PENGELOLAAN HARA TERPADU “ ( intergrated plant nutrient management ), yaitu dengan memadukan pupuk anOrganik, pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Sebaiknya jerami dikembalikan ke tanah, karena 80% Kalium yang diserap tanaman berada dalam JERAMI.
Penggunaan pupuk pelengkap ditujukan untuk melengkapi pupuk makro ( NPK ) disamping untuk menambah unsur hara lainnya yang terkandung didalamnya, guna mencapai produktivitas yang maksimal per hektar.
Jenis pupuk pelengkap adalah pupuk yang kandungannya adalah unsur hara sekunder dan unsur hara mikro. Penggunaan pupuk pelengkap diberikan pada tanaman yang dalam budidayanya telah menerapkan komponen-komponen secara lengkap pula.
6. PENGELOLAAN BAHAN ORGANIK
Pemakaian bahan organik untuk kegiatan usaha tani saat ini sangat dianjurkan dengan pertimbangan bahwa penggunaan bahan organik dapat memperbaiki sifat fisik, sifat kimia dan sifat biologi tanah.
Lahan sawah yang terus-menerus di beri pupuk kimia tanpa di barengi dengan pupuk organik menyebabkan tanah menjadi padat, unsur hara dalam tanah tidak bisa diserap oleh tanaman dan tingginya serangan OPT. Contoh pupuk organik :pupuk kandang, pupuk hijau, Kompos dan night soil.
7. PENGENDALIAN OPT
Upaya pengamanan pertanaman dari serangan organisme tanaman ( OPT ) dilaksanakan dengan menerapkan pengendalian hama terpadu ( PHT ), termasuk kegiatan pengamatan dini, identifikasi OPT dan penetapan teknologi pengendalian. Bila pengendalian OPT menggunakan pestisida harus memenuhi persyaratan ekologis yaitu aspek ekonomi ( menguntungkan ), aspek social ( tidak merusak lingkungan ) dan aspek teknis ( dapat diterapkan ) serta dilaksanakan sesuatu kerjasama terpadu.
8. PENGEMBANGAN ALSINTAN
pola yang dianut dalam pengembangan alsintan adalh pola mekanisasi pertanian selektif yaitu : suatu pola kebijaksanaan pengembangan mekanisasi pertanian untuk menunjang tercapainya tujuan pembangunan pertanian dengan penerapan menggunakan peralatan atau kombinasi peralatan mekanisasi yang paling serasi, sehingga tidak mengganggu kelestarian lingkungan ( selektif terhadap alat dan mesin pertanian yang akan dipakai dan selektif terhadap daerah pengembangannya ).
Pola Mekanisasi Pertanian Selektif Harus Memenuhi beberapa Persyaratan sbb. :
a. didaerah padat penduduk dipilih peralatan dengan produktivitas
terbatas dan didaerah jarang penduduk dipilih peralatan dengan produktivitas tinggi.
b. tingkat teknologi yang dipilih agar disesuaikan dengan usaha
keluarga tani kecil, keterampilan dan kemampuan petani, sehingga kita kenal dengan istilah teknologi mekanisasi mutakhir, teknologi mekanisasi madya dan teknologi sederhana
9. POLA TANAM
Untuk meningkatkan pemanfaatan lahan sawah irigasi dengan penataan pola tanam 1 tahun, maka pengaturan dan penertiban waktu tanam padi sebagai komoditas utama, sesuai dengan kemampuan jaminan air dan kondisi agroklimat secara lokal spesifik sangan berpengaruh pada golongan pengairan yaitu melaksanakan penanaman padi secepatnya. Setelah air tersedia, sehingga peluang waktu yang ada cukup tersedia untuk pola tanam, adapun ruang lingkup pola tanam sebagai berikut :
a. tujuan pola tanam ;
i. mengatur waktu tanam yang tepat
ii. meningkatkan intensitas tanam persatuan luas/lahan
iii. meningkatkan produksi persatuan luas/lahan
iv. menekan siklus hama dan penyakit
v. memperbaiki struktur tanah
vi. memperbaikai kandungan bahan organik unsur hara
b. Pemilihan Komoditas ;
vii. disesuaikan dengan ketersediaan waktu
viii. disesuaikan dengan ketersediaan air
ix. disesuaikan dengan umur tanaman
x. disesuaikan dengan agroklimat
xi. disesuaikan dengan endemik hama penyakit
xii. disesuaikan dengan permintaan pasar
c. Kriteria Keberhasilan
• Rencana sesuai dengan sasaran
• Populasi hama dan penyakit dapat ditekan
• Pendapatan petani meningkat
• Kesejahteraan petani meningkat
• Pola tanam palawija/sayuran menggunakan dana yang bersumber dari dana swadaya petani/kelompok tani, sedangkan dana BPLM khusus untuk peningkatan/ pengembangan tanaman padi.
10. PANEN DAN PASCA PANEN
Usaha tani padi tidak akan menguntungkan atau tidak akan memberikan hasil yang optimal jika panen dilakukan pada umur yang tidak tepat dan cara yang kurang tepat.
Tanaman padi harus dipanen pada masak biologis berdasarkan :
a. Umur tanaman sesuai dengan diskripsi
b. Kadar air gabah 20-26%
c. Umur mulai 30-35 hari setelah berbunga rata
d. Penampakan malai kuning/kematangan ( 95 % )
Pemanenan sebaiknya menggunakan dengan sabit bergerigi atau reaper dengan system kelompok yang dilengkapi dengan mesin perontok ( power threser ). Hasil panen sebaiknya ditumpuk dengan alas untuk mencegah gabah tercecer , dan perontokan harus segera dilakukan.
Setelah padi dipanen harus dihindari penumpukan padi disawah sampai beberapa hari, untuk menekan kehilangan hasil dan kerusakan gabah.
Pemanenan padi ( panen, angkut dan perontokan ) dengan system kelompok dapat menekan kehilangan hasil dari 12% menjadi 4%.
11. JAMINAN PASAR
Pada umumnya petani dipedesaan memiliki beberapa kelemahan yang kemudian mengakibatkan kurang menguntungkan terhadap pemasaran hasil produksinya, antara lain disebabkan oleh faktor : Seluk beluk keadaan pasar tidak diketahui dengan pasti dan jelas, Keadaan kebutuhan ekonomi yang mendesak dan adanya pedagang pengumpul ( tengkulak ) yang memiliki posisi ekonomi yang lebih baik dari petani.
Keadaan tersebut diatas menyebabkan petanitidak bisa menjual produknya dengan harga yang diinginkan. Untuk menanggulanginya, maka petani harus pandai mencari peluang pasar dari produk yang akan dihasilkannya.
Informasi pasar tersebut menyangkut jenis produk, harga, jumlah yang dibutuhkan. Kalau informasi pasar tersebut telah dikuasai petani, maka petani punya posisi tawar yang tinggi.
12. SKALA USAHA TANI BERORIENTASI AGRIBISNIS DAN AGROINDUSTRI
Kegiatan Agroindustri merupakan bagian kecil dari agribisnis, yang memanfaatkan hasil pertanian sebagai bahan baku serta merancang dan menyediakan peralatan serta menciptakan jasa untuk kegiatan itu.
Kegiatan agroindustri saat ini masih dilakukan secara parsial, sehingga belum terjalin adanya sinkronisasi mulai dari penyediaan bahan baku, proses produksi maupun pemasaran.
Pengembangan agribisnis dan agroindustri secara terpadu, berencana dan sistematis itu perlu, sehingga menimbulkan keuntungan tidak terbatas pada sudut pandang ekonomi dan sosial.
Hambatan yang sering terjadi dalam pengembangan agroindustri adalah modal usaha, sarana dan prasarana, rendahnya SDM, ketersediaan teknologi industri, dukungan infra struktur dan hambatan kelembagaan.
Untuk mengatasi hal tersebut perlu diambil langkah-langkah, baik dalam bidang pemasaran, system informasi, peningkatan kemampuan teknologi, pembentukan asosiasi dan perlu didirikannya Pusat Riset Pertanian.